Membaca merupakan budaya yang diwariskan secara turun – menurun dari nenek moyang. Nabi Muhammad SAW diperintah oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril untuk membaca Al’Quran Surat Al’Alaq ayat 1-5 dengan “Iqra” (bacalah).

Kisah ini menunjukan bahwa perintah membaca sudah ada sejak dahulu. Hadirnya Al’Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia sekaligus menjadi bukti bahwa manusia diperintahkan Allah untuk membaca. Namun pada kenyataannya banyak manusia jarang sekali membaca

Berdasarkan data UNESCO, persentase minat baca warga negara Indonesia sebesar 0,01%. Artinya dari 10.000 orang hanya satu orang yang memiliki minat baca.

Sebagai bukti kurangnya minat baca masyarakat Indonesia dapat dilihat dari hal terkecil, yakni beberapa perpustakaan di Cirebon yang sepi pengunjung. Bukan karena buku – bukunya terbatas, tapi lebih dikarenakan beberapa faktor lain. Padahal di dalam perputakaan dapat ditemukan berbagai jenis buku mengandung informasi yang bisa memperluas wawasan.

Faktor paling mendasari kurangnya minat baca masyarakat adalah kurangnya pemupukan dari orang tua pada anak akan pentingnya kesadaran membaca. Pemupukan minat baca ini sebetulnya bisa dilakukan dari hal sederhana, semisal dengan cara ayah atau ibu di rumah setiap malam membacakan dongeng kepada putra – putri sebelum mereka tidur. Secara tidak langsung orang tua sudah mengajarkan kepada anak – anak untuk dekat dengan buku.

Seringnya orang tua dan anak melakukan interaksi dengan berbagai buku cerita, selain menjadikan anak dapat mengolah imajinasi juga membuat anak menyenangi buku. Jika hal ini terus dilakukan, maka dengan sendirinya anak akan menyukai buku dan memiliki hobby membaca sampai ia tumbuh besar.

Kedua, hadirnya berbagai tayangan menghibur di televisi membuat konsumen terlena hingga ia rela menghabiskan waktu berjam – jam untuk menontonnya, bahkan mungkin bisa seharian. Bila anak sejak dini sudah dibiarkan menonton tayangan di televisi sesuka hati, maka ini dapat menimbulkan rasa hobby pada diri anak untuk terus – menerus menonton televisi. Padahal kita tahu tidak semua tayangan di televisi memiliki nilai edukasi yang layak diserap oleh anak. Kegiatan menonton televisi secara berlebihan juga dapat mengurangi jam membaca anak.

Ketiga, yakni hadirnya inovasi di bidang teknologi, seperti games. Bila anak sejak kecil sudah dikenalkan dengan permainan atau games dan terbiasa memainkannya tanpa henti, maka anak akan mengalami kecanduan pada games tersebut dan ini bisa menjadi faktor anak jarang membaca sehingga lama kelamaan anak mulai tidak tertarik lagi dengan buku.

Keempat mengenai peran guru di sekolah yang harus lebih banyak mendekatkan siswa kepada buku, semisal dengan intensif membawa para siswa ke perpustakaan lalu meminta mereka meresensinya.

Kelima berkenaan dengan pelarangan dari orang tua terhadap anak – anak dalam membeli berbagai jenis buku di toko buku guna memperdalam pengetahuan mereka. Jika orang tua melarang anak membeli buku saat anak sudah gemar membaca, maka akan dapat menurunkan semangat membaca anak.

Keenam mengenai seringnya para orang tua mengajak anak ke tempat hiburan, semisal mall.

Apa yang diterapkan para orang tua sejak dini kepada anak membuat anak mengenal dan memahami. Bila hal tersebut dirasa menyenangkan dan kelak menjadi kebiasaan dirinya, maka akan sulit mengubah apalagi menghilangkannya.

Budaya membaca sebetulnya sudah dapat diterapkan pada anak sejak masih dalam kandungan. Bayi dalam kandungan usia tiga bulan sudah bisa mendengarkan suara, maka mulailah untuk memperdengarkan cerita karena cerita yang dibacakan mampu menenangkan bayi. Bila sejak dalam kandungan bayi sudah diperkenalkan dengan budaya membaca hingga ia lahir ke dunia dan terus ditanamkan pada dirinya sejak dini tentang pentingnya membaca, Insya Allah anak akan menyukai buku dan giat membacanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya budaya membaca difaktori oleh berbagai hal, sehingga untuk mempertahankan presentase budaya membaca yang sudah ada agar tidak menurun lagi perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak akan pentingnya budaya membaca guna memperkaya wawasan.