Penulis : Indriyanti

Pelajar SMKN 1 Lemahabang

 

Bernard Berlian Sianto lahir di tengah keluarga berdarah Tionghoa pada 25 Juli 1965 di Cirebon. Beliau merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dan wafat akibat kecelakaan motor pada 19 November 2007.

Sejarah Cirebon mencatat bahwa beliau menguasai ilmu bela diri, kungfu, dan ahli pengobatan termasuk ilmu totok yang didapatkan secara turun-temurun dan sengaja ditransfer kepada anak-anak dan murid-muridnya di Perguruan Bela Diri Kelabang yang beliau dirikan.

Menurut keterangan yang didapat dari Shandi, salah satu anak beliau yang kini meneruskan PB Kelabang bahwa ayahandanya memang sudah menyukai seni dari kecil. Alasanya tak lain karena beliau dilahirkan dari keluarga seniman.

“Mungkin kesenangan tersebut turun dari jiwa keluarganya.”

Berbagai penyakit pun bisa disembuhkan, seperti struk dan sebagainya. Mengumpulkan anak-anak remaja yang berpotensi di bidang kesenian, lalu mengasah mereka merupakan aktivitas yang membahagiakan bagi beliau.

Yin dan yang, sebuah filosofi dari Cina yang artinya hitam dan putih. Menggambarkan bahwa seburuk-buruk manusia pasti ada sisi baik dan sebaliknya, sebaik-baik manusia pasti ada sisi buruknya. Istilah itulah yang menjadi pegangan hidup Bernard dalam menjalin kehidupan sosial. Toleransi dan tolong-menolong merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia.

“Rata-rata muridnya dulu kebanyakan dari golongan preman, tapi beliau ingin mengubah pandangan hidup mereka. Mengubah jalan mereka menjadi lebih baik lagi. Dengan telaten para preman itu dibina, dididik, dan dilatih sehingga bisa mengikuti jejaknya sekarang. Jadi kita sebagai manusia jangan coba-coba menilai orang dari luarnya saja,” ujar Shandy.

“Saya bangga bisa menjadi seperti sekarang ini, karena tidak terlepas dari didikan babe. Saya berusaha bagaimana pun caranya agar perguruan ini tetap berdiri dan murid-murid bisa terus berprestasi. Ini tanggung jawab sekaligus tantangan saya sekarang dan saya berharap perguruan ini lebih besar lagi, banyak dikenal orang, dan sanggar-sanggar yang dibantu oleh pun menjadi lebih eksis.”

Hingga kini, meski sudah sembilan tahun sang suhu tiada, namun namanya masih lekat dalam ingatan masyarakat Cirebon terutama para seniman. Bernard Berlian Sianto, Suhu yang Melegenda di Cirebon.