Upaya pelestarian budaya Cirebon kerap dilakukan oleh beberapa pihak dari berbagai elemen. Tak terkecuali Bapak Djodjo Sutardjo, S.E, M.M yang menjadi bagian dari inisiator program acara bakti sosial dan peletakan batu pertama rumah budaya Griya Kula Surya Mastaka Negara pada Hari Rabu, 12 Juli 2017 pukul 08.00-11.00 WIB di Jln. Pangeran Suryanenggala Wanacala Harjamukti, Kabupaten Cirebon.

 

Acara tersebut dihadiri oleh beberapa pihak, seperti FKPPI, Pejuang Siliwangi, KBPP Polri, Yayasan Kasih Bunda Nurul Iman, serta mengundang para lansia yang tinggal di wilayah sekitar. Acara dibuka dengan bakti sosial, yakni pembagian beragam alat-alat kesehatan untuk para lansia. Salah satu contoh barang yang diberikan adalah kursi roda bagi seorang lansia yang tidak mampu berjalan. Dilanjutkan dengan serangkaian acara dan ditutup dengan peletakan batu pertama rumah budaya Griya Kula Surya Mastaka Negara oleh Bapak Djodjo Sutardjo, S.E, M.M yang disaksikan oleh para tamu undangan dan warga sekitar.

 

Rencananya rumah budaya tersebut nantinya akan difungsikan oleh masyarakat sebagai rumah belajar beragam tarian Cirebon seperti tari topeng, kelas Bahasa Cirebon, melukis, mengukir, dan sebagainya berkaitan dengan pelestarian seni budaya lokal, serta akan didirikan pula sebuah pesantren. Berbagai aktifitas yang ada di rumah budaya nantinya diharapkan selain dapat menarik masyarakat untuk datang berlatih juga menjadi satu upaya agar makam Pangeran Suryanenggala yang terletak di depan lahan rumah budaya bisa ikut terjaga, bahkan mungkin perawatannya dari masyarakat terutama dari pemda kota bisa lebih optimal, sehingga daerah tersebut layak dijadikan daerah wisata religi.

 

“Hadirnya rumah budaya tak lain bertujuan untuk melestarikan seni budaya Cirebon, mengembangkan dan merawat. Kita tidak boleh tutup mata bahwa anak-anak muda sekarang generasi ke depan jangan sampai lupa dengan kebudayaan yang ada di daerah sendiri,” tutur Bapak Djodjo.

 

Menurut kacamata Bapak Dani, perwakilan FKPPI bahwa kegiatan tersebut patut mendapatkan apresiasi terlebih dengan persoalan-persoalan fenomena berbangsa dan bernegara yang marak terjadi, maka adanya pergerakan semacam ini justru memperkuat kearifan lokal.

 

“Kekuatan kita berasal dari para leluhur yang menanamkan jiwa toleransi, kebersamaan, dan gotong royong. Melalui inisiator, kita juga ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa silsilah bangsa dan negara khususnya Cirebon memang harus diwujudkan untuk anak cucu,” imbuhnya.

 

Salah satu pendiri dari Yayasan Kasih Bunda Nurul Iman mengaku sepakat dengan Dani tentang perlunya pelestarian budaya yang menjadi ciri atau karakter dari daerah tersebut.

 

“Dengan adanya bakti sosial ini saya mendukung sekali. Mudah-mudahan ini bukan yang pertama dan bisa sampai seterusnya,” ujar Bapak Dedi mewakili Pejuang Siliwangi Harjamukti yang juga turut hadir pada acara tersebut.