Pernahkah Anda merasakan sensasi mandi di sungai? Menciptakan kesenangan sendiri meski berada di tengah kesenyapan banyak orang.

Sungai Keandra yang berada di Sumber, Cirebon adalah sungai yang pernah menelan korban saat hujan turun sore itu hingga malam hari. Semenjak kejadian itu, tak satu pun masyarakat berani nyebur atau sekadar bermain di tepi sungai. Warga sekitar takut kalau tiba-tiba sungai pasang dan mengamuk. Menurut informasi yang didapat dari warga sekitar bahwa air yang mengalir di Sungai Keandra merupakan terusan dari daerah Kuningan dan Majalengka.

Sebetulnya persoalan banjir adalah persoalan kita semua. Masyarakat yang tinggal di dataran rendah dan terkena imbas banjir tidak bisa serta merta menyalahkan masyarakat di dataran tinggi sana atau bahkan menuding letak geografis dan cuaca yang menjadi penyebabnya.

Apa penyebabnya? Jelas bukan karena letak geografis, tapi karena manusia sebagai khalifah di muka bumi belum bisa mengelola bumi dengan baik. Penggerusan sumber daya alam ditambah dengan pola hidup yang menganggap sepele semua aspek kehidupan bahkan elemen terkecil dari kehidupan dan berasumsi benda mati tidak berpengaruh apapun terhadap kelanjutan kehidupan umat manusia menambah deret panjang daftar PR kita bersama. Dari data BNPB tercatat 31,6% bencana banjir menduduki persentase tertinggi dan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia hingga tahun 2017 ini.

Terbukti! Banjir kiriman datang silih berganti di berbagai daerah. Korban berjatuhan karena hanyut terbawa derasnya aliran air. Kejadian semacam itu bukan salah letak geografis apalagi hujan. Semestinya kita bersyukur bahwa Indonesia berada tepat di garis khatulistiwa dan hujan adalah salah satu anugerah bagi sebagian masyarakat bermata pencaharian tertentu.

Jelas toh kalau banjir datangnya bukan dari keinginan alam, melainkan dari dorongan manusia itu sendiri. Salah satu faktor penyebab banjir tentu saja sampah. Dikutip dari Meto TV News.com, bahwa Indonesia sendiri tercatat sebagai negara kedua penyumbang sampah terbanyak, hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan saat melaksanakan kunjungan kerja ke Manado, Sulawesi Utara, Jumat 7 April 2017.

Kembali pada Sungai Keandra, bahwa benar jika sungai ini merupakan salah satu dari sekian banyak sungai yang menjadi korban kebohongan masyarakat. Baik sungai, laut, dan semua mata air adalah sahabat manusia. Mereka adalah sumber kehidupan. Mereka benda mati, tapi sesungguhnya mereka tidak mati. Mereka hidup di tengah kehidupan manusia, maka hargailah mereka. Berikan ruang bernafas untuk mereka agar mereka tahu bahwa manusia sesungguhnya memiliki sisi kebaikan di antara sekian banyak keburukan dan berkat sugesti positif yang lahir dari dua seniman yang tinggal dekat dengan Sungai Keandra didorong pergerakan masa dari kanak-kanak, akhirnya sungai tersebut mau kembali berdamai dan memberikan kehidupan bagi manusia.

Jadi kapan kita berhenti bicara soal kolam renang, lalu mandi bersama di sungai? Menegaskan pada dunia kalau hidup adalah soal kesederhanaan yang berjalan dalam roda kehidupan yang luar biasa.