Mencari Kambing Hitam Ketika Melimpahnya Air Hujan

Kemarau panjang sudah dilalui oleh rakyat Indonesia. Kekeringan dan suhu yang panas ekstrim sudah selesai. Datanglah air hujan yang mereka minta dan inginkan. Lalu apakah mereka bersyukur dengan air hujan yang datang sesuai permintaan ?

Jauh dari kata dan kalimat bersyukur telah terlewati musim kemarau panjang yang menyiksa. Sekarang banyak yang sibuk mencari kambing hitam atas curah hujan yang datang melimpah terjadi disebagian besar wilayah Indonesia. Tentunya mengakibat genangan air berveriatif. Ada yang sebatas mata kaki sampai dengan sebatas atap rumah.

Jakarta sebagai Ibukota Negara tentunya mendapat sorotan tajam. Banjir yang sudah menjadi agenda rutin Ibukota tidak luput dari kritikan warga republik ini. Bahkan banyak yang sebenarnya tidak tahu atau tidak berdiam di Jakarta turut menghujat dan nyinyir ria.

Daerah penyanggah Ibukota pun tak luput dari bencana banjir ini. Bekasi Jawa Barat dan Tangerang Banten mengalami hal yang lebih parah dari Jakarta. Bahkan Bogor sebagai pengirim utama air hujan ke Jakarta terjadi banjir bandang dan longsor. Lah klo Bogor saja banjir bandang dan longsor apa mungkin Jakarta gak banjir? Kan sudah jelas air dari Bogor menuju laut mengaliri kota Jakarta.

Kegemaran netizen Indonesia memang sudah bergeser bukanya peduli dan menolong korban banjir namun lebih suka mencari kambing hitam dari kejadian alam tersebut.

Apa dan siapa saja sih yang dikorbankan menjadi kambing hitam saat melimpahnya air hujan di Jakarta :

1. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dinilai gagal mengatasi banjir

2. Presiden Indonesia Jokowi yang dianggap sudah ingkar janji yang pernah diucapkan bahwa akan lebih mudah menangani banjir saat jadi Presiden

3. Pengusaha hiburan malam yang dianggap mengundang azab Tuhan

4. Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang dianggap tidak mampu mengelola air dari Bogor agar tidak menenggelamkan Jakarta

5. Pengusaha Properti yang dianggap membangun gedung dan apartemen mewah sehingga menghilangkan resapan air

Para dendukung turut memanaskan cuaca dingin banjir. Berebut saling bela dan saling menyalahkan. Menonjolkan prestasi yang didukung dan menghujat yang mereka benci. Mereka sampai lupa bahwa korban banjir ini perlu ditolong.

Sikap cepat tanggap langsung bergerak membantu menolong datang dari beberapa kelompok seperti FPI yang langsung terjun membantu warga. Begitupun putra presiden RI ke-6 Agus Harimurti Yudhoyono lewat AHY Foundation membantu masyarakat terdampak banjir.

Beberapa artis seperti Nikita Mirzani bersama timnya datang ke lokasi banjir memberikan bantuan makanan dan lainya. Begitu pula Jane Shalimar bersama tim OK OC Peduli mendatangi kantung-kantung banjir memberi bantuan obat, makanan dan alat kebersihan.

Seharusnyalah publik figur melakukan seperti demikian untuk menoling para korban banjir. Apapun tujuan mereka namun secara kasat mata mereka sudah menolong para korban banjir tersebut.

Sangat disayangkan saat situasi bencana terjadi malah saling menyalahkan. Bahkan ada politisi partai sampai menyebar foto hoax untuk menjatuhkan gubernur DKI. Politisi tersebut mengupload foto gubernur Anies Baswedan dan Bupati Bogor Bima Arya berswafoto di Bendung Katulampa dengan senyum. Sebenarnya foto tersebut adalah foto tahun lalu dimana mereka sedang cek dan ricek kondisi Bendung Katulampa. Namun sang politisi yang nyaris sama dengan buzzer tersebut memberi caption foto saat jakarta banjir gubernurnya sibuk berselfiria.

Miris memang kondisi mental bangsa ini berebut saling menyalahkan dan saling serang bukan saling membantu. Mereka lupa akan kodrat manusia untuk saling tolong menolong.

Banjir yang terjadi di Jakarta bahkan sudah terjadi ratusan tahun silam. Bahkan pernah terjadi bandir bandang pada zaman kompeni dulu 1816, dan terparah adalah tahun 1918 sebagian besar warga Batavia/Jakarta mengungsi. Hampir 100 tahun sekali Jakarta akan mengalami siklus banjir bandang.

Lalu akankah tetap manyalahkan pejabat, pengusaha, penguasa, alam atau bahkan Tuhan yang menjadi kambing hitam. Tentunya itu bukanlah solusi yang akan memperbaiki semuanya. Duduk bersama merundingakan harus bagaimana kedeoan menghadapi banjir. Bersama-sama membantu korban banjir baik berupa materi, tenaga ataupun do’a. Marilah kita semua kembali kepada takdir manusia yang tidak akan mampu melawan alam dan penciptanya. Berkompromilah dengan diri sendiri, orang lain, alam dan Tuhan.