Cirebonmedia.com- “Terbelit masalah hukum dan masuk penjara adalah sesuatu yang sangat ditakuti semua orang. Mendengarnya saja sudah bikin bergidik, apalagi benar-benar mengalaminya. Kehilangan kebebasan dan kehormatan, jadi bulan-bulanan media massa, keterasingan dan raibnya kesempatan menikmati kenyamanan hidup adalah sebagian kecil saja dari penderitaan yang mesti ditanggung.

Oleh karenanya, menjadi penting benar untuk senantiasa mawas diri dalam hidup agar tak sampai melanggar hukum dan masuk penjara. Tapi ketika musibah itu sudah terlanjur berada di depan mata dan penjara tak lagi bisa dielakan, tentu segalanya tak cukup dihadapi dengan penyesalan semata. Harus ada sikap yang tepat dalam menghayati musibah itu, agar tetap memiliki nilai bagi kehidupan.

Buku yang bertutur tentang pernak-pernik penjara dan hikmahnya ini penting untuk dibaca sebagai obat hati tidak saja bagi yang saat ini sedang menjalani pidana penjara, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin membebaskan diri dari penjara hati akibat deraan musibah dan aneka penderitaan.” Itulah tiga paragraf utuh yang tertulis pada cover belakang buku Ketika Penjara Tak Lagi Terelakan.

Buku yang ditulis oleh Taslim Moe terpidana empat belas tahun dalam tindak pidana perbankan merupakan cetakan pertama di Bulan November 2008 terbitan Mota Books. Memiliki ketebalan 240 halaman 12 cm x 19 cm.

Banyak kisah nyata yang terjadi di penjara mewarnai tiap halaman buku ini menjadikannya sebagai bahan perenungan sekaligus pembelajaran mengenai pentingnya memaknai kehidupan yang merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penyesalan yang selalu datang terlambat merupakan buah dari kelalaian manusianya itu sendiri dan Tuhan selalu memberikan kebaikan pada setiap umatnya. Jadi bilamana terjadi musibah menimpa diri kita, mungkin itu disebabkan kelalaian dari diri kita sendiri.

Buku yang menyuguhkan beragam dilema di sisi terpidana maupun keluarganya, bahkan para sahabatnya menjadi gambaran pahit yang dapat membelajarkan pembaca agar lebih waspada dalam menjalani kehidupan yang dibalut kesenangan semu.

Sedikit menengok ke belakang. Dulu penjara dihuni oleh orang-orang arif dan bijak, misal Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan yang lahir di Blora, Jawa Tengah 6 Februari 1925 ini sudah menghasilkan lebih dari lima puluh karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing. Bumi Manusia merupakan salah satu judul buku yang ditulisnya selama di penjara. Suara-suara atas nama kemanusiaan tak bisa hidup di masa itu dan penjara sepertinya tempat paling pantas bagi mereka negarawan sejati. Hal yang bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi saat ini. Di saat kemerdekaan telah mampu direguk oleh para pendahulu dan generasi penerus tinggal mempertahankan, namun apa yang terjadi? Kemerdekaan menjadi alat kebebasan sebebas-bebasnya, bukan kebebasan yang bertanggung jawab.

Ketika Penjara Tak Lagi Terelakan

Tentu ini bahasan yang cocok untuk dijadikan bahan perenungan dan evaluasi bersama oleh seluruh tataran masyarakat terutama pemerintah. mengenai hakikat kemerdekaan sesungguhnya. Ada apa di balik penuhnya penjara?

Serentetan cerita di dalam penjara disertai kutipan ayat-ayat Al’Quran merupakan lukisan betapa kesungguhan pertobatan dilakukan oleh mereka yang terlanjur masuk penjara. Maka dari itu, bagi pembaca diharapkan agar tetap istiqomah dalam menjalani setiap liku-liku kehidupan. Kesenangan sementara adalah sifat dunia, namun kebahagiaan yang kekal adalah surgaNya di akhirat.

Oleh: Fz Susan

12 Total Views 1 Views Today