Sebuah Pesta Laksana Bencana Penuh Duka

Karyneiko
  • 3 menit
  • 11
  • 0

Pemilihan Umum (Pemilu) serentak telah dilaksanakan tanggal 17 April 2019. Rakyat Indonesia melaksanakan Pesta Demokrasi memilih calon presiden dan calon legislatif.

Pesta demokrasi tahun ini menemukan banyak fenomena yang tidak seperti biasanya. Bukan perihal saling klaim kemenangan atau tentang kecurangan, namun banyaknya duka dibalik pesta.

Pesta tentunya harus dilaksanakan dengan riang gembira penuh rasa suka  cita. Namun terlalu banyak yang dipilih membuat proses penghitungan suara begitu lama. Para pemilih disodorkan 5 kertas suara, pemilihan presiden, anggora DPD, DPRRI, DPRD Provinsi dan DPRD kota atau kabupaten.

Korban pun berjatuhan baik dari penyelenggara pemilu, pengawas pemilu bahkan pihak kepolisian. Kebanyakan korban yang gugur karena sakit dan mengalami kelelahan.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus melakukan pendataan terkait jumlah petugas KPPS yang gugur dan sakit saat bertugas pada 17 April 2019. Data yang diupdate pada Senin (22/4-2019) pukul 16.15 WIB, menunjukkan 90 petugas meninggal.

“Ada 374 orang sakit, (penyebabnya) bervariasi,” ungkap Ketua KPU Arief Budiman di Kantor KPU Menteng, Jakarta Pusat

Begitupun sebanyak 15 personel Polri dinyatakan gugur selama penyelenggaraan Pemilu 2019. Para anggota kepolisian tersebut, meninggal dunia saat menjalankan tugas memastikan pesta demokrasi berjalan aman dan tertib.

Juru Bicara Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menerangkan, pekan lalu tercatat ada 10 anggotanya yang gugur. Tetapi sampai pencatatan pada Senin (22/4-2019), bertambah lima anggotanya yang meninggal dunia.

“Kebanyakan anggota (kepolisian) ini, gugur karena kelelahan. Memang pemilu ini tugas berat untuk kita semua,” ujar dia di Mabes Polri, Jakarta Selatan

Jajaran Pengawas Pemilu yang mengalami sakit rawat inap tercatat 85 orang tersebar di 21 Provinsi dan 43 Kabupaten/Kota. Sedangkan yang menjalani rawat jalan berjumlah 137 orang tersebar di 20 Provinsi dan 52 Kabupaten/Kota.

Kemudian jajaran Pengawas Pemilu yang mengalami tindak kekerasan berjumlah 15 orang yang tersebar di 11 Provinsi dan 14 Kabupaten/Kota. Untuk jajaran Pengawas Pemilu yang mengalami kecelakaan pada saat bertugas berjumlah 74 orang yang tersebar di 20 Provinsi dan 47 Kabupaten/Kota.

Data untuk jajaran Pengawas Pemilu yang meninggal dunia berjumlah 14 orang yang tersebar di 5 Provinsi dan 11 Kabupaten/Kota.

Para petugas ini tentu merasa sangat lelah. H-1 mereka menunggu logistik pemilu berupa kertas suara dan lainya. Semalaman mereka menunggu bahkan ada yang datang logistik pemilu saat subuh.

Sedangkan para petugas sudah harus bersiap lagi pagi hari jam 07.00 di Tempat Pemungutan Suara. Tidak ada waktu bagi mereka untuk memejamkan mata.

Penghitungan suara pun dilakukan dari siang sampe dengan tengah malam bahkan ada yang menjelang subuh baru selesei. Disini petugas kembali tidak istirahat. Bahkan TPS pun terlihat sepi banyak saksi partai politik yang pulang karena kelelahan.

Sangat tidak heran data setiap orang berbeda karena banyak saksi yang tidak hadir dalam penghitungan. Formulir C-1 pun banyak caleg yang buta dimana adanya.

Bahkan samapai H+7 para caleg belum bisa memastikan jumlah perolehan suara mereka karena tidak memiliki data yang valid. Penghitungan tingkat Kecamatan pun sangat lama berhari-hari.

Mungkin dengan banyaknya korban jiwa pemerintah bisa mengkaji ulang sistem pemilu. Bermaksud menghemat beban negara namun berakhir bencana dan duka nestapa.