Cirebon- memiliki beragam kesenian yang sudah terkenal di tingkat nasional maupun internasional. Diantaranya yaitu Tari Topeng (gaya Losari dan Gegesik), Sintren, Batik tulis dan Lukisan kaca. Selain dari beberapa kesenian tersebut ada salah satu kesenian yang kurang dikenal baik di masyarakat Cirebon, namun memiliki mitos yang sangat kuat dimasyarakat Cirebon itu sendiri.

Kesenian tersebut adalah “Sendra gentala dalam lakon Bedhare Karanggetas”. Sebuah kisah yang menceritakan tentang sejarah lahirnya nama suatu jalan di kota Cirebon, yaitu Karanggetas.

Dikisahkan pada tahun 1482, terdapat seorang tokoh bernama Syekh Magelung Sakti alias Syarif Syam yang berasal dari negeri Syam (Syria). Konon ia memiliki rambut yang sangat panjang hingga menyentuh tanah, oleh karenanya Syarif Syam lebih sering mengikat atau menggulung rambutnya (gelung) sehingga kemudian Syarif Syam lebih dikenal sebagai Syekh Magelung (Syekh dengan rambut yang tergelung). Rambut Syarif Syam yang sangat panjang itu tidak bisa dipotong dengan apapun dan oleh siapapun. Karenanya, kemudian Syarif Syam berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari siapa yang sanggup untuk memotong rambut panjangnya itu. Jika berhasil menemukannya, orang tersebut akan diangkat sebagai gurunya. Hingga akhirnya Syarif Syam tiba di Tanah Jawa, tepatnya di Cirebon. Konon, kedatangan Syarif Syam di pantai utara Cirebon ialah untuk mencari seorang guru, yaitu salah seorang Waliyullah (utusan/orang yang memiliki kedekatan dengan Allah) di Cirebon. Dan di sinilah Syarif Syam bertemu dengan seorang tua yang sanggup dengan mudahnya memotong rambut panjangnya itu. Orang itu tak lain adalah Sunan Gunung Jati. Syarif Syam pun dengan gembira kemudian menjadi murid dari Sunan Gunung Jati, dan namanya pun berubah menjadi Pangeran Soka (suka).

Lokasi di mana rambut panjang Syarif Syam berhasil dipotong kemudian dinamakan Karanggetas, yang memiliki arti “Karang” itu batu karang yang memiliki struktur kekerasan lebih tinggi dibanding batu biasa lainnya dan “getas” itu putus. Oleh karena itu jalan Karanggetas dikenal masyarakat Cirebon dengan mitosnya, kekuasaan dan kesaktian seseorang bisa luntur dan hilang bila melewati jalan tersebut.

Lebih daripada itu, mitos tersebut memiliki arti filosofis tersendiri bagi masyarakat Cirebon. Hingga saat ini, masih banyak warga pribumi Cirebon yang masih meyakini mitos kesaktian sebuah daerah bernama Karanggetas tersebut. Kini di zaman yang sudah se-modern seperti sekarang, mitos tersebut tersimpan rapih sebagai salah satu nilai kearifan lokal kota Cirebon.

Dalam rangka memperingati HUT Kota Cirebon ke-645, digelar sebuah acara pementasan seni budaya Cirebon bertajuk ’’Sendra Gentala dengan lakon Bedhare Karanggetas’’ karya Sutradara Andrian Raharjo ini diperankan oleh Wali Kota Cirebon, H Ano Sutrisno sebagai tokoh utama cerita ini melakoni peran Syekh Magelung Sakti. Sementara Wakil Wali Kota Cirebon H Nasrudin Azis memerankan sebagai Mbah Kuwu Cirebon. Kemudian ada tokoh Sunan Gunung Jati yang diperankan oleh Kapolres Cirebon Kota AKBP Dani Kustoni. Tokoh Nyi Mas Pakungwati istri Sunan Gunung Jati diperankan oleh HJ Fifi Sofiah Efendi Pimpinan Majelis Taklim Baitul Ilmi Cirebon. Tokoh Sunan Kalijaga diperankan oleh Dandim 0614/Kota Cirebon Letkol Kav Taswin Djamaludin. Selain tokoh utama, ada juga tokoh pembantu dalam cerita ini sebanyak 17 orang dengan total keseluruhan pemain berjumlah 130 orang.

All images by Bhakti Gunawan / Cirebon Media