Tradisi Masyarakat Cirebon yang Masih Dipertahankan

Cirebonmedia.com- Kota yang memiliki nilai sejarah tinggi yang sedang dalam masa perkembangan menjadi kota metropolitan yaitu Cirebon memiliki beragam tradisi dan budaya yang menjadikan Kota yang terkenal dengan kuliner docang ini menjadi unik di mata masyarakat nusantara dan salah satu tradisi dari Kota Cirebon adalah tradisi Ganti Walit.

Ganti Walit merupakan tradisi masyarakat Cirebon dimana diadakan  upacara adat di makam kramat Trusmi Cirebon. Upacara yang dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi ini bertujuan untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit atau anyaman daun kelapa. Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Trusmi Cirebon yang biasanya dilakukan setiap tanggal 25 bulan Maulud. Pada saat Mbah kuwu Cirebon yang bernama Pangeran Cakrabuana hijrah dari Cirebon ke sebuah daerah yang sekarang disebut Trusmi, mbah Kuwu Cirebon berganti pakaian memakai baju Kyai yang tugasnya menyebarkan ajaran agama Islam.

Mulai saat itulah ia dikenal dengan nama Mbah Buyut Trusmi. Mbah Buyut Trusmi yang merupakan putra dari Raja Pajajaran Prabu Siliwangi yang datang ke Trusmi disamping menyebarkan agama Islam juga untuk memperbaiki lingkungan kehidupan masyarakat dengan mengajarkan cara-cara bercocok tanam. Pangeran Manggarajati atau Bung Cikal putra pertama Pangeran Carbon Girang, yang di tinggal mati ayahnya ketika Bung Cikal kecil. Kemudian Bung Cikal diangkat anak oleh Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan diasuh oleh Mbah Buyut Trusmi.

ganti walit
Image By Google.com

Kesaktian Bung Cikal sudah terlihat sejak masih kecil yang sakti mandraguna. Salah satu kebiasaan Bung Cikal adalah sering merusak tanaman yang ditanam oleh Mbah Buyut Trusmi. Teguran dan Nasehat Mbah Buyut Trusmi selalu tidak di hiraukannya, namun yang mengherankan, setiap tanaman yang dirusak Bung Cikal tumbuh dan bersemi kembali sehingga lama kelamaan pedukuhan itu dinamakan TRUSMI yang berarti terus bersemi. Pedukuhan Trusmi berubah menjadi sebuah Desa di perkirakan tahun 1925, bersamaan dengan meletusnya perang Diponegoro.

Bung Cilkal meninggal ketika menginjak usia remaja dan dimakamkan di puncak Gunung Ciremai. Konon pada akhir zaman akan lahir Ratu Adil, titisan dari Pangeran Bung Cikal. Setelah Mbah Buyut Trusmi meninggal, ia digantikan Ki Gede Trusmi, orang yang ditaklukkan Mbah Buyut Trusmi, dimana kepemimpinan Trusmi dilanjutkan oleh keturunan Ki Gede Trusmi secara turun temurun.

Desa Trusmi termasuk wilayah Kecamatan Weru, dan telah dimekarkan menjadi dua yaitu Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon. Situs Ki Buyut Trusmi merupakan peninggalan Mbah Buyut Trusmi terletak di Trusmi Wetan. Bangunannya terdiri dari Pendopo, Pekuncen, Mesjid Kuno, Witana, Pekulaha/Kolam, Jinem, Makam Buyut Trusmi dam Pemakaman Umum. Situs Buyut Trusmi sendiri dipelihara dan dikelola oleh keturunan dari Ki Gede Trusmi hingga sekarang, yang semuannya berjumlah 17 orang yang terdiri dari 1 orang pemimpin, 4 orang kyai, 4 orang juru kunci, 4 orang kaum/pengelola mesjid, dan 4 orang pembantu/kemit. Acara tradisional yang masih tetap dilestarikan sampai sekarang diantaranya : Arak-arakan, Memayu, Ganti Welit dan Trusmian atau Selawean yaitu acara memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.