Penulis : Anggi Farkhatunnailufar

Pelajar di SMKN 1 Lemahabang

 

Pagi hari yang cerah. Seorang gadis cantik bergegas bangun dari tempat tidurnya. Sedih dan kecewa. Itulah yang dirasakan semenjak ditolak cinta oleh pujaan hatinya. Bunyi yang kering dan tajam selalu terdengar setiap kali memejamkan mata mengingat saat dirinya mengungkapkan isi hati yang tak terbalaskan.

Namanya Willy Andriani. Seorang gadis yang baik, pintar sekaligus cantik itulah yang memudahkannya mendapatkan lelaki manapun yang diinginkan. Saat ini dia masih duduk di bangku SMA. Di sekolah, Willy menyukai seseorang yang bernama Rezha. Rezha adalah pemuda yang tampan, pintar, dan baik hati.

Suatu ketika Willy turun dari angkot dan bergegas menuju ke sekolah. Sekolahnya cukup dikenal di Kota Cirebon. Ia sengaja memilih sekolah tersebut, karena hanya satu kali naik kendaraan umum dari rumahnya.

Teng, teng, teng. Suara bel sekolah berbunyi. Willy bergegas masuk ke kelas.

“Willy, kamu jadikan teraktir kita semua?” Tanya teman-teman, menagih janji Willy yang kalah taruhan.

“Jadilah. Masa aku bohong dan nggak nepati janji sama temen-temenku sendiri,” jawab Willy.

“Aku juga ikutan dong Will diteraktir sama kamu,” ucap Rezha tiba-tiba datang.

Mendengar suara Rezha, jantung Willy berdegup sangat kencang. Ia terdiam sejenak. Bingung dan kikuk. Pasalnya ini pertama kalinya ia jatuh cinta.

“Oh, bbbooleh kok. Gabung aja,” tutur Willy grogi.

“Beneran Will?” Tanya Rezha.

“Ya beneran,” Jawab Willy sambil tersenyum.

***

Bel istirahat berbunyi. Willy langsung mengajak teman-temannya ke kantin dan tak lupa Rezha diajaknya sambil menahan malu jika bertatapan dekat dengan Rezha. Sebenarnya Rezha mendekati Willy hanya karena ingin mengenal lebih jauh tentang sahabat Willy yaitu Tia, bukan karena dia menyukai Willy.

“Hai Will, aku mau tanya dong. Teman kamu ada enggak yang namanya Tia?”

“Oh Tia. Itu sahabat aku. Malah Tia yang deket banget sama aku. Hmmm…. memangnya kenapa kok tiba-tiba tanya soal Tia?”

“Oh enggak. Cuma tanya aja.”

Willy pun sedikit curiga dengan pertanyaan Rezha. Mengapa dia tiba-tiba menanyakan soal Tia? Tetapi Willy selalu berpikir positif. Ia yakin bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

***

Bel masuk berbunyi. Sesampainya di kelas, Willy membuka laptop. Dia mulai asyik memainkan jemari di atas keyboard dan sesekali merenung, lalu tersenyum karena memikirkan Rezha. Di dalam hatinya selalu bertanya-tanya, apakah Rezha menyukainya? Willy sangat penasaran dengan perhatian dan kebaikan yang diberikan Rezha. Dia yakin bahwa Rezha menyukainya sama dengan apa yang dirasakannya. Willy yang tidak suka bertele-tele sudah memikirkan bahwa nanti jam pulang sekolah dia akan mengungkapkan isi hatinya. Tetapi sebelum mengungkapkan isi hatinya, ia harus melakukan ritual lebih dulu, yakni dengan berlari-lari mengelilingi seluruh lapangan sekolah untuk menghilangkan rasa grogi.

Jam pulang sekolah tiba. Tekad Willy sudah bulat. Daripada memendam terus perasaan, lebih baik mengungkapkan. Tak peduli jika nanti dirinya ditolak.

Setelah mengungkapkan isi hati, tidak disangka Rezha menolaknya. Alasan Rezha menolak Willy karena sudah kadung jatuh cinta kepada Tia yang merupakan sahabat Willy. Willy terdiam, kaget, marah, dan kecewa. Hatinya hancur dan tak tahu apa yang harus dilakukan.

***

Sesampainya di rumah, rasa kecewa terus menyelimuti hati Willy.

“Aku seharusnya tidak kecewa seperti ini hanya karena ditolak Rezha. Seharusnya aku lebih fokus sekolah karena dengan begitu aku tidak akan merasakan patah hati. Mengapa aku terus memikirkan Rezha seperti ini? Dia kan yang telah menyakiti hatiku.”

Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Cinta muncul dari hati dan tak seorang pun yang dapat menyangkal. Willy tersadar akan semua itu. Ia yakin suatu hari nanti pasti akan datang cinta sejati dalam hidupnya. Akan datang seseorang yang tulus menyayangi dan menerima kekurangannya. Willy bangkit kembali dan melupakan apa yang telah terjadi. Ia tersenyum dan tidak sedih lagi hanya karena cinta yang tak terbalaskan. Willy tertidur dan bangun dengan ceria.