Selasa, 18 Juli 2017 bertepatan dengan 23 Syawal 1438 H pada pukul 13.00 di Gedung NU Jl.Arya Kemuning / Garuda No.1 Kota Cirebon berlangsung acara silaturahim dan halal bihalal pengurus cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Cirebon.

Acara yang diadakan setiap tahun ini turut mengundang pengurus NU Kota Cirebon, lembaga, badan otonom, banser, anshor, IPNU, dan IPPNU.

Serangkaian acara di dalamnya, yakni pembukaan, pembacaan tawasul oleh Bapak KH. Abdul Mujib, sambutan dari Kiai Yusuf SE., MM. selaku ketua PCNU Kota Cirebon, halal bihalal yang dikomandoi oleh Dr. KH.Syamsudin M.Ag., disambung doa, dan penutup.

Dalam acara tersebut, Bapak Dr. KH.Syamsudin M.Ag., menyampaikan sejarah singkat lahirnya kata halal bihalal yang sudah ada sejak jaman Belanda. Saat itu Presiden RI pertama Soekarno mendatangi wakil NU yang dipegang oleh Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah. Soekarno meminta saran kepada beliau, sebab banyak terjadi permusuhan dan beliau menyarankan sebaiknya dihalalkan saja yang artinya saling memaafkan atau bersilaturahmi. Dengan begitu, maka manusia kembali fitrah, tidak ada rasa dendam dan permusuhan. “Bahkan sekarang halal bihalal juga menjadi tradisi non muslim,” tuturnya.

Bulan syawal sebagai bulan peningkatan diharapkan dimaknai dengan benar oleh kaum muslim. “Bila sesama muslim bertemu ucapkan salam, Insya Allah mendapatkan berkah. Sunah mengucap salam dan yang mendengar wajib menjawabnya. Ketika seorang sahabat nabi bertanya siapakah yang bisa masuk surga, nabi menjawab yang menebar salam disediakan surga baginya. Jadi kita harus saling menjaga silaturahmi. Jangan sampai ada permusuhan,” imbuhnya.

Beliau juga menyampaikan bahwa NU tidak pernah mengharamkan politik dan justru harus dikuasai. Jangan sampai jatuh ke tangan wahabi.

Beliau mengingatkan agar kita semua berlomba untuk takwa dengan ciri di antaranya menginfakan harta di jalan Allah, menurunkan emosi, pemaaf, senantiasa meminta ampunan pada Allah SWT dengan beristighfar, dan tidak mengulangi dosa.

“Sebagai umat manusia harus saling bermaafan dan jangan sampai bermusuhan hingga lebih dari tiga hari, sebab bila itu terjadi dan ajal menjemput, maka tidak ada surga baginya,” ujar beliau mengakhiri pembicaraan.

 

Ketua PCNU Kiai Yusuf SE., MM.

 

Ditemui di sela acara, ketua PCNU Kiai Yusuf SE., MM., menuturkan bahwa tujuan acara tersebut selain merupakan agenda rutin tahunan juga merupakan upaya konsolidasi organisasi dan agar tetap kompak.

“Ada kebersamaan tanpa kekompakan tak kan ada kekuatan. Situasi sekarang sangat krusial, maka elemen NU harus memperkokoh visi dan misinya. Terlebih sekarang ini banyak organisasi yang sangat membahayakan NKRI dan acara ini tentu saja untuk memperkokoh kekuatan persatuan dan kebersamaan. Barang yang batil yang terorganisasi akan mengalahkan barang yang hak yang tidak terorganisasi. Maka ini dalam rangka mereorganisasi, menyusun kekuatan untuk menghalau kelompok-kelompok yang mau merusak NKRI.  NU siap membela NKRI,” beliau menegaskan.

Beliau pun menuturkan bahwa radikalisme harus dihilangkan, intoleransi harus disingkirkan jauh-jauh. Harus tercipta ukuwah islamiyah yakni hubungan baik sesama umat muslim, ukuwah basyariyah yakni hubungan baik sesama umat manusia, dan ukuwah wathaniyah yakni hubungan baik antar anak bangsa.

“Kita semua harus rukun, tentram, aman, dan damai. Indonesia bukanlah negara agama dan bukan negara Islam, tapi negara damai dan itulah harapan NU,” imbuhnya mengakhiri perbincangan.